MINGGU KE 4 PRAPASKA KE 4
2 TAW. 36:14-16; EF. 2:4-10
Yoh. 3:14-21
KASIH YANG SENANTIASA MENCARI
Pernah diceritakan tentang seorang mahasiswa yang bernama Tommy yang tidak percaya akan penjelasan-penjelasan mengenai Allah yang diajarkan dosen di dalam matakuliah Agama. Dia selalu berkeberatan, meremehkan, dan bahkan kadang-kadang tertawa kalau dia disebut nama Allah. Ketika ujian akhir semester tiba, dia mendekati profesornya dan berkata: “Apakah Anda mengira bahwa saya akan menemukan Allah? Saya tidak akan menemukan-Nya”. Dengan sedikit terkejut sang profesor itu menjawab: “Tommy, saya tidak berharap bahwa engkau akan mencari dan menemukan Allah. Tetapi saya sangat yakin Allah bahwa Allah akan mencari dan menemukan engkau”.
********
Dalam arti tertentu jawaban Profesor itu benar. Bukan kitalah yang mencari Allah, tetapi Allahlah yang terlebih dahulu mencari kita. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan PuteraNya yang tunggal, supaya tiap orang yang percaya kepada tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Dalam arti tertentu teks ini, yang sering kali disebut disebut teks favorit, berisikan esensi, hakekat, atau intisasari dari Injil. Paus Benediktus XVI meringkasnya dalam dua kata yakni Yesus dan Kasih. Melalui Yesus kita tahu bahwa Allah adalah Kasih dan Allah yang Kasih itu tidak menghukum manusia. “Sebab Allah mengutus Putera-Nya bukan untuk memghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkan.” Hukum satu-satunya ialah ini “Terang telah datang ke dalam dunia tetapi manusia lebih menyukai kegelapan”. Manusia dalam kemerdekaannya bisa menerima atau menolak tawaran kasih Allah. Menolak tawaran Kasih Allah itu merupakan hakekat dari dosa. Jadi sesungguhnya bukan Allah yang menghukum manusia melainkan manusia menghukum dirinya sendiri karena dia menyalah-gunakan kebebasannya untuk menolak Kasih Allah. Selain itu teks yang sama mengandung beberapa keberan:
Pertama, inisiatif untuk menyelamatkan manusia berasal dari Alllah. Sering kali orang mempunyai gambaran yang menyedihkan tentang Allah. Mereka melihat Allah sebagai Allah yang otoriter, suka menghukum, atau selalu memperhatikan kesalahan manusia atau bahkan senang melihat manusia berbuat salah supaya bisa dihukum. Gambaran ini sangat menyedihkan karena Allah adalah Kasih. Dialah yang mengambil inisiatif untuk menyelamatkan manusia dengan mengirimkan Putera-Nya ke dunia. Hal itu dilakukanNya karena cinta. Karena itu apapun yang dilakukan Allah terhadap manusia, semua itu dilakukan-Nya karena Cinta.
Kedua, Allah melakukan sesuatu bukan untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan untuk kepentingan manusia. Kalau manusia cenderung berbuat sesuatu bukan tanpa pamrih, pasti selalu ada pamrih atau perhitungan-perhitungan tertentu, maka apa yang dilakukan Allah terhadap manusia adalah semata-mata demi kepentingan manusia itu sendiri. Allah adalah Bapa yang tidak akan berbahagia kalau anak-anaknya yang tersesat tidak kembali kepadanya.
Ketiga, teks ini juga menunjukkan bahwa betapa lebar dan dalamnya kasih Allah itu. Allah mencintai dunia dan bukannya bangsa tertentu, suku tertentu, atau orang tertentu. Dia mengutus PuteraNya untuk semua orang dari pelbagai macam kategori: baik atau jahat, kaya atau miskin, beragama atau tidak beragama, peduli atau tidak pedulit terhadap ajaranNya. Dia mencintai semuanya seolah-olah – seperti kata St. Agustinus: “Allah mencintai masing-masing kita seolah-olah hanya kitalah yang dicintai-Nya”. Cinta Allah itu juga panjang karena ia mencintai kita dari keabadian. Cinta-Nya tidak mengenal awal dan akhir.
**********
Allah mencintai kita dengan kasih yang begitu besar. Karena kasih-Nya yang begitu besar itu “Ia telah mengaruniakan PuteraNya yang tunggal, supaya tiap orang yang percaya kepada tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Demi cintaNya yang begitu besar kepada manusia, Putera-Nya itu rela mati di kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia. Marilah kita bersyukur kepada Allah atas cinta-Nya yang besar itu dan berusaha meneruskan cinta Allah itu kepada satu sama lain terutama kepada mereka yang berkekurangan dan susah dalam hidupnya. Amen.
Смотрите видео Kasih Yang Senantiasa Mencari - Renungan Inspiratif - Minggu ke 4 Masa Prapaskah, 10 Maret 2024. онлайн без регистрации, длительностью часов минут секунд в хорошем качестве. Это видео добавил пользователь Bernardus Raho 08 Март 2024, не забудьте поделиться им ссылкой с друзьями и знакомыми, на нашем сайте его посмотрели 352 раз и оно понравилось 18 людям.