MINGGU BIASA KE-21
Yes. 22:19-23; Rm. 11:33-36
Mat. 16:13-20
BELAJAR DARI SANTO PETRUS
Pada tahun 1980-an pernah beredar sebuah film yang berjudul Quo Vadis – Ke Mana Engkau Pergi? Film itu bercerita tentang penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di kota Roma pada waktu Gereja purba. Salah satu adegan yang menarik dari film itu adalah ketika Petrus meninggalkan kota Roma karena tidak tahan lagi menyaksikan penganiayaan umatnya. Setiap hari dia menyaksikan bagaimana umatnya baik pria maupun wanita, anak-anak maupun orang dewasa harus bertarung dengan binatang buas untuk mempertahankan hidup. Petrus yang tidak tahan dengan penderitaan umatnya melarikan diri dari kota Roma.
Namun dalam pelarian itu, dia bertemu dengan Yesus yang bangkit. Yesus bertanya kepadanya: “Quo Vadis? - Ke manakah engkau pergi?” Petrus terkejut karena tidak menduga bertemu dengan Yesus. Kemudian Yesus melanjutkan: “Kalau engkau meninggalkan kawananmu, maka biarkanlah Aku mati sekali lagi di kayu salib.” Petrus merasa terpukul sekali dengan kata-kata Yesus itu. Maka, dia pun kembali ke Roma menggembalakan umatnya. Seturut tradisi, Petrus mati sebagai martir dan disalibkan dengan kepala ke bawah karena merasa diri tidak layak disalibkan dengan kepala ke atas seperti Yesus. Dewasa ini, di tempat di mana Petrus bertemu dengan Yesus telah dibangun sebuah kapel yang disebut Kapel Quo Vadis. Kapel itu terletak di Via Apia di luar Katekombe St. Kalixtus di mana dikuburkan pengikut-pengikut Yesus yang mati pada abad pertama.
********
Salah satu adegan yang paling mengesankan dan mungkin tidak pernah dilupakan oleh Petrus adalah peristiwa di Kaisarea Filipi, sebagaimana kita dengar dalam Injil hari ini. Ketika Yesus menanyakan, “Tetapi menurut kamu siapakah Aku ini”. Petrus tampil sebagai juru bicara dan memberikan jawaban yang sangat mengejutkan: “Engkau adalah Mesias Putra Allah yang hidup.” Jawaban itu cukup mengesankan karena Yesus mengira para murid telah mengenal diri-Nya.
Sayangnya, pengalaman Petrus selanjutnya lebih banyak gagal daripada berhasil. Ketika Yesus memberitahukan tentang penderitaan yang bakal dialami-Nya, Petrus berkeberatan: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu. Hal itu sekali-kali tidak akan menimpa Engkau (Mat. 16:21). Jawaban Yesus pada waktu itu sangat keras, “Enyahlah engkau iblis, engkau batu sandungan bagi-Ku sebab engkau memikirkan bukan yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan oleh manusia” (Mat. 16:23).
Pada saat-saat penderitaan Yesus, Petrus mengalami secara dramatis keterbatasannya dan betapa lemah komitmennya terhadap Yesus. Setelah Yesus meramalkan bahwa mereka semua akan goncang imannya karena mengalami apa yang dialami oleh Yesus, dengan penuh semangat Petrus berkata, “Biarpun semua mereka tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak. Sekalipun aku mati bersama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau” (Mat. 26:35-36). Tetapi apa yang terjadi? Beberapa jam kemudian, Petrus menyangkali Yesus sebanyak tiga kali.
Pengalaman penyangkalan itu menyebabkan krisis besar dalam diri Petrus. Yesus memanfaatkan pengalaman ‘kejatuhannya’ itu untuk memanggilnya kembali kepada pertobatan yang kedua. Hal itu terjadi pada waktu penangkapan ikan ajaib setelah kebangkitan Yesus sebagaimana diceritakan oleh Injil Yoh. 21:1-19. Petrus dipanggil pertama kalinya dalam Luk. 5:1-11 dan kemudian sesudah kebangkitan Yesus memanggilnya kembali untuk kedua kalinya dalam Yoh. 21:1-19. Kedua peristiwa itu kurang lebih sama. Dalam panggilan kedua itu, Yesus menyerahkan tugas pengembalaan domba-domba-Nya. “Gembalakanlan domba-domba-Ku.”
**********
Hampir semua orang yang mengikuti Yesus secara sungguh-sungguh mengalami apa yang dialami oleh Petrus dan murid-murid lainnya. Pada tahap awal, mereka mengikuti Yesus dengan langkah yang enteng. Mereka mengalami kegembiraan, sukacita dan kepenuhan hidup di dalam panggilan itu. Hal itu tampak sekali ketika seorang imam baru ditahbiskan. Dia dielu-elukan dan dipestakan di mana-mana. Dia mengalami seperti yang dialami Petrus, Yakobus dan Yohanes, ketika berada bersama Yesus yang berubah wajah atau mengalami transfigurasi di atas Gunung Tabor. Kemudian datang kesulitan, tantangan dan krisis. Pada waktu itu, orang bisa membuat pilihan seperti juga yang dibuat oleh murid-murid Yesus.
Pengalaman para murid menunjukkan bahwa hanyak keterbukaan terhadap bimbingan Yesus yang sudah bangkit yang memampukan para murid itu untuk terus bertahan. Karena itu, marilah kita berdoa untuk para imam, biarawan/wati dan kita semua untuk terbuka terhadap rahmat dan bimbingan Allah setiap kali kita mengalami kesulitan atau krisis dalam hidup. Tuhan memberkati kita. Amin.
Смотрите видео Belajar dari Santo Petrus - Renungan Inspiratif - Minggu Biasa ke 21, 27 Agustus 2023. онлайн без регистрации, длительностью часов минут секунд в хорошем качестве. Это видео добавил пользователь Bernardus Raho 25 Август 2023, не забудьте поделиться им ссылкой с друзьями и знакомыми, на нашем сайте его посмотрели 467 раз и оно понравилось 39 людям.