MINGGU PRAPASKA KE 5
YOH 12:20-33
KEMTIAN YANG MENGHIDUPKAN
Pada suatu hari, seorang anak muda datang kepada ahli pembuat tato dan meminta untuk menggambarkan tato singa pada punggungnya. Tetapi ketika ahli tato itu mulai menancapkan jarum untuk pertama kali pada punggung orang itu, ia berteriak: “Aduh... sakit sekali. Bagian apa yang sedang kaugambarkan itu?” “Saya saya sedang menggambarkan ekor singa:, jawab pelukis itu. “Ah... biarlah ekornya tidak usah dibuatkan”, perintah orang itu. Pembuat tato itupun menuruti perkataannya. Setelah beberapa saat, pembuat tato itu melanjutkan pekerjaannya. “Aduh.... bagian apa lagi yang engkau lukiskan?”, tanya anak muda itu. “Sekarang saya sedang menggambarkan perut singa”, jawab pembuat tato itu. “Biarlah perutnya tidak usah digambarkan”, perintah anak muda itu. “Baiklah, jika demikian keinginan Tuan”, jawab sang pelukis. Kemudian ia melanjutkan pekerjaannya. Ketika ia baru saja menacapkan jarum pada kulit anak muda itu, ia berteriak lagi: “Bagian apa lagi yang hendak engkau lukis sekarang”. Pelukis itu menjawab: “Saya baru akan melukis kepala singa”, “Biarlah kepalanya tidak usah digambarkan”, perintah anak muda itu. Kali ini pelukis itu tidak sabar lagi. Sambil menatap wajahnya, ia berkata: “Bagaimana mungkin engkau menggambar seekor singa, tanpa kepala, tanpa ekor, dan tanpa perut? Singa macam apakah yang seperti itu? Minta maaf saudara, saya tidak bisa melakukannya dan saya kira Tuhan juga tidak”. Lalu pelukis itu pergi meninggalkan dia.
***********
Sang pemuda dalam ceritera tadi ingin memperoleh gambar tato singa pada punggungnya tetapi tidak ingin menderita kesakitan. Pada hal untuk memperoleh gambar tato itu dia harus menahan rasa sakit akibat tusukan jarum pada kulitnya. Pesan dari ceritera ini jelas yakni bahwa adalah mustahil seseorang memperoleh sesuatu yang diinginkannya tanpa pengorbanan. Orang mesti berkorban sebelum mendapatkan sesuatu.
**********
Pesan serupa disampaikan oleh Yesus dalam Injil hari ini dengan mengambil perumpamaan dari dunia pertanian: “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”. Orang-orang Yahudi yang kebanyakan adalah petani bisa dengan gampang mengerti apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Tetapi apakah yang mau disampaikan oleh Yesus dengan perbandinganNya itu?
Dengan kata-kata-Nya itu, Yesus mau mengajarkan bahwa melalui kematian, kehidupan bisa dihasilkan. Hanya melalui pengorbanan dan penderitaan keberhasilan dapat diraih. Biji gandum atau biji apa saja akan tetap tinggal satu biji saja kalau ia hanya disimpan di dalam gudang. Tetapi kalau ia ditanamkan atau dikuburkan di dalam tanah, ia akan mengalami kehancuran, tetapi segera setelah itu ia bertumbuh dan menghasilkan banyak buah. Hampir semua tanaman berbiji mengalami proses yang sama. Kehidupan hanya bisa dihasilkan melalui pengorbanan, penderitaan, dan bahkan kematian.
*********
Yesus telah menawarkan suatu jalan atau cara hidup yang lain sama sekali, yakni jalan pengorbanan. Guna memperoleh kebahagiaan, orang harus berkorban dan menderita. “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”. Itulah mati untuk hidup. Yesus sendiri telah memberikan contoh. Dia mengorbankan hidup-Nya sendiri dan membiarkan TubuhNya dikoyak-koyak dalam penderitaan dan kematian, sebelum pada akhirnya Dia mengalahkan kematian dengan bangkit dari alam maut. Ia mati supaya memperoleh kehidupan. Itulah paradoks yang terbesar di dalam hidup. Tetapi melalui paradoks itulah orang akan mencapai kepenuhan hidup. Semoga Tuhan memberkati kita. Amin.
Смотрите видео Kematian Yang Menghidupkan - Renungan Inspiratif Minggu ke 5 Masa Prapaskah, 17 Maret 2024 онлайн без регистрации, длительностью часов минут секунд в хорошем качестве. Это видео добавил пользователь Bernardus Raho 15 Март 2024, не забудьте поделиться им ссылкой с друзьями и знакомыми, на нашем сайте его посмотрели 543 раз и оно понравилось 40 людям.